Membuat Mesin Pengiris Bawang Merah.
Bawang merah termasuk salah satu komoditas unggulan nasional. Berbagai program dan kegiatan pembinaan produksi sudah lama dilakukan. Sebagian besar indikator produksi bawang merah mengalami peningkatan. Tetapi kalau tidak didampingi dengan teknologi tepat, dikhawatirkan kenaikan produksi tersebut malah membawa petaka.DATA dari Departemen Pertanian (2008) menunjukkan, produksi bawang merah pada tahun 2005 tercatat 732.610 ton (luas panen 83.614 ha). Setahun kemudian, produksi meningkat menjadi 794.929 ton dengan luas panen 89.188 ha. Saat ini, konsumsi bawang merah penduduk Indonesia per kapita per tahun sekitar 4,56 kg atau 0,38 kg/kapita/bulan. Artinya, terjadi peningkatan permintaan rata-rata lima persen per tahun. Selain akibat pertambahan penduduk, kenaikan permintaan juga disebabkan berkembangnya industri olahan (acar/pickles, bumbu, bawang goreng, dan bahan baku campuran obat), serta pengembangan pasar ekspor. Yang menjadi persoalan, ketika panen raya tiba, petani sering tidak bisa menikmati hasil taninya secara layak. Bahkan mereka kerap mengalami kerugian. Fenomena ini bisa dibuktikan sendiri di sebagai sentra penghasil bawang merah di Indonesia, tidak terkecuali di Kabupaten Brebes. Luas panen dan produktivitas rata-rata di kabupaten ini tercatat 23.361 ha dan 109,84 ton/ha. Setiap masa panen, petani dan pedagang bawang merah sering mengalami kerugian. Sebab melimpahnya produksi membuat harga jual akan turun. Kerugian yang ditimbulkan bahkan makin bertambah, karena bawang merah tidak bisa bertahan lama (cepat busuk) saat disimpan. Karena itu, diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu terobosan yang penting dilakukan adalah menjual bawang merah dalam bentuk irisan yang siap dikonsumsi (bawang goreng kemasan). Tentu saja diperlukan peralatan untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan. Karena itu, perlu dirancang alat pengiris bawang merah yang bisa digunakan untuk memotong/mengiris bawang merah, dengan tenaga penggerak motor listrik. Peranti ini harus aman, efisien, mudah digunakan, serta mudah pula dalam perawatan dan pemeliharaannya. Teknologi tepat guna ini tidak hanya bermanfaat bagi para petani dan pedagang di sentra-sentra penghasil bawang merah, tetapi juga bisa diaplikasikan oleh warga masyarakat di perkotaan yang ingin menambah penghasilan keluarga, dengan membuka home industri pembuatan bawang goreng kemasan.Kebutuhan bawang goreng siap saji sebagai penyedap makanan diyakini akan terus meningkat di era serbapraktis saat ini. Dengan adanya mesin pengiris bawang merah ini, proses pengirisannya menjadi lebih cepat dan kapasistasnya pun besar. Besar kapasitas pengirisan mesin ini sebesar 63 kg/jam. Elemen Mesin Mesin terdiri atas serangkaian elemen yang tergabung menjadi satu kesatuan, kemudian dioperasikan dalam suatu kerja tertentu. Pada mesin ini terdapat elemen-elemen yang menghasilkan suatu rangkaian gerak yang sesuai dengan perencanaan. Elemen-elemen tersebut adalah: a) pengiris, b) motor listrik, c) puli dan sabuk, d) poros, e) bantalan, f) hopper / corong, dan g) cover / penutup. Bagaimana perakitannya bisa dilihat pada artikel terkait di halaman ini.Adapun prinsip kerja mesin pengiris bawang dimulai dengan meng-hidupkan mesin. Untuk menghidupkan mesin, konektor dihubungkan dengan stop kontak bertegangan 220 Volt. Kemudian saklar diatur pada posisi “on”, sehingga motor listrik akan berputar.Kecepatan putaran motor listrik ditransmisikan melalui puli dengan perbandingan 3:12. Untuk menggerakkan poros, maka puli pertama dan puli kedua dihubungkan dengan sabuk V. Pada poros dipasang piringan, yang di bagian punggungnya dipa-sang pisau pengiris. Bawang merah yang sudah dikupas kulit arinya (kulit kering) dimasukkan ke dalam corong. Selanjutnya, piringan yang di bagian punggungnya terdapat pisau akan berputar, karena digerakkan oleh motor listrik.Akibat putaran tersebut, bawang merah akan teriris. Irisan bawang merah akan jatuh melalui penyearah, selanjutnya masuk ke dalam baskom atau wadah lainnya. Anda mau mencoba, sekaligus membantu para pe-tani, pedagang, dan perajin bawang goreng kemasan? —Sadimin MEng, staf pengajar SMA Negeri 3 Brebes, alumnus Magister Sistem Teknik UGM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar