Selama Pesantren Kilat, Ponsel Siswa 'Disita'
Brebes, CyberNews. Suasana pesantren terlihat betul di kompleks SMA Negeri 3 Brebes, Jl MT Haryono, Kota Brebes. Terutama ketika para siswa sekolah itu, mulai membaca puji-pujian dan doa mohon ditetapkan iman dan islam menjelang berbuka puasa.
Saat sirine tanda berbuka puasa berbunyi, satu persatu mereka mengambil tajil. Keakraban terlihat jelas, ketika mereka saling menyulurkan tangannya memberi tajil secara berantai kepada teman-temannya.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari pesantren kilat (sanlat) mengisi ramadan. Menurut Kepala SMA Negeri 3 H Drs Sri Wahono MPd mengatakan, sanlat diikuti 940 siswa berlangsung sejak 18 hingga 30 Agustus. Selama kegiatan siswa siswa tidur di sekolah.
"Karena jumlah siswa begitu banyak, panitia membagi kegiatan dalam beberapa kelompok," paparnya.
Kegiatan yang harus diikuti antara lain, shalat subuh berjamaah dan kuliah wajib. Ini untuk meningkatkan disiplin bangun pagi. Tidak ada alasan bangun kesiangan. Karena kelas yang biasanya digunakan untuk belajar, diubah menjadi tempat pondokan (penginapan). Mereka menginap agar tidak pulang balik ke rumah. Selama kegiatan, mereka tidak diperbolehkan membawa handphone.
"Supaya konsentrasi anak-anak mengikuti kegiatan, telepon seluler kita amankan,'' paparnya didampingi Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan Sadimin M Ing.
Tujuan diselenggarakannya kegiaan ini agar para siswa bisa menikmati keberkahan ramadan dalam kebersamaan. Dengan nyantri, minimal siswa bisa beramaliyah. Untuk menarik siswa, selama pelaksanaan sanlat digelar perlombaan. Ada 6 macam lomba yakni, kaligrafi, adzan, puisi religi, tartil quran, menulis cepat huruf arab, dan lomba dai-daiyah. "Tiap kelas, wajib mengirimkan 3 perwakilannya untuk tiap mata lomba," terangnya.
Musyafa Ali, Siswa kelas 11 IPS 3 misalnya, mengaku senang mengikuti sanlat. Menurutnya, kegiatan ini bisa menambah wawasan agama. "Ya, bisa ketemu teman dengan akrab sambil belajar agama," ujarnya.
Dia mengaku kembali terkenang pada waktu MTs dulu saat nyantri di Ponpes Al Hikmah 2 Benda-Sirampog. "Saya jadi kangen suasana pondok," kenang Musyafa.
Meskipun kegiatan ini hanya sekilas dan beda jauh dengan kegiatan di pondok pesantren. Sanlat, kata Tofail beda jauh dengan pondok sungguhan, tapi minimal dengan mengikuti kegiatan ini bisa menerima penambahan ilmu.
Kegiatan ibadah shalat wajib harus dilakukan secara berjamaah. Usai taraweh, mereka bertadarus hingga shalatul lail. Selama mengikuti kegiatan, siswa-siswi tak lagi bersepatu tapi memakai sandal. Bagi laki-laki menggenakan baju koko dan dibalut sarung. Sedang yang perempuan berbusana rapi dan berkerudung.
( Wahidin Soedja / CN12 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar