Kepala SMAN 2
Brebes Jawa Tengah,
Ketua APKS PGRI
Kab.Brebes,
Ketua FKPPG PGRI
Kab.Brebes
Sekbid
Pengembangan Profesi Guru PGRI Kab.Brebes
Di
era teknologi saat ini banyak informasi atau berita yang menyesatkan atau
bahkan fitnah. Informasi yang menyesatkan tersebut menghiasi ruang dunia maya.
Informasi itu penuh dengan ujaran kebencian, kebohongan dan fitnah terhadap
produk tertentu, pemimpin tertentu, kelompok masyarakat tertentu dan sering
menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Informasi yang tidak benar sering kita
sebut berita hoax yaitu berita kebohongan yang dibuat dengan maksud
jahat dan memecah belah.
Saat
ini pemerintah berupaya mencegah agar masyarakat tidak lagi mengkonsumsi
informasi bohong alias hoax. Pasalnya, informasi hoax ini sudah
menimbulkan kegaduhan dan pertikaian di tengah masyarakat. Sebaiknya masyarakat
tidak mudah menyebar informasi yang belum jelas kebenarannya, masyarakat juga
jangan mudah percaya dengan informasi begitu saja tanpa memahaminya terlebih
dulu.
Masyarakat
Indonesia sebetulnya rentan percaya terhadap berita hoax. Berita atau
informasi hoax marak sebagai salah satu dampak dari berkembangnya
peradaban siber di Indonesia dan dunia. Hampir setiap orang di Indonesia memiliki
ponsel dan bisa mengakses informasi apa pun dari ponselnya tersebut. Sebanyak
lebih kurang 130 juta orang di Indonesia merupakan pengguna internet lewat
ponsel. Namun budaya membaca/literasi di Indonesia masih sangat rendah,
sehingga mereka cenderung main share saja tanpa pengetahuan dan pemahaman
yang cukup terhadap berita yang di share tersebut.
Cara mengidentifikasi hoax
ini dapat dilakukan dengan mengecek sebuah berita yang beredar: pertama, apakah sumber beritanya
terpercaya, kedua, apakah beritanya
baik, ketiga: apakah layak
disebarkan, keempat: sebagai pembaca
juga harus kritis dengan mencermati judul beritanya yang biasanya cenderung
provokatif, kelima: sumber infonya
dari mana, keenam: data pendukung
berita baik foto/gambar/suara asli atau tidak.
Dampak negatif hoax
mampu mengadu domba antar individu, antar masyarakat, antar warga negara, dan
menimbulkan keresahan pada masyarakat dan negara. Berita hoax ini sering
menghiasi media sosial, bahkan tumbuh subur di media social, seperti
WA,facebook, twiter dan media sosial lainya.. Yang lebih parah lagi pengguna
media sosial di negara kita mayoritas adalah kalangan remaja pada usia sekolah.
Sehingga perlu ada gerakan anti hoax di sekolah-sekolah yang dipelopori oleh
kepala sekolah dan guru-guru di sekolah tersebut. Guru sebagai pendidik sudah
sepantasnya untuk memerangi berita hoax ini dan menyampaikan informasi
yang benar kepada anak didiknya. Sekolah dapat mengadakan gerakan anti hoax untuk menangkal dan menanggulangi
bahaya berita hoax yang berkembang di masyarakat khususnya dunia
pendidikan. Kita juga harus banyak membaca agar tidak mudah terhasut oleh
berita hoax, hapus berita hoax di
media sosial kita dan jangan membagikan konten berita hoax kepada orang lain.
Cara mengedukasi siswa dan guru
dalam menanggulangi berita hoax di sekolah
Untuk
menanggulangi berita hoax di sekolah
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang efektif dilaksanakan adalah: (1) menggalakkan
budaya literasi di sekolah melalui budaya baca di perpustakaan sekolah. Sebagai
warga sekolah kita memiliki tanggung jawab terhadap masa depan peserta didik
dan memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan potensi peserta didik. Berbagai
cara untuk mengembangkan potensi peserta didik diantaranya dapat dilakukan
dengan membaca buku, baik buku fiksi maupun non fiksi, baik melalui media online
maupun melalui perpustakaan sekolah.
Sebagai
guru dan kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk mendukung perpustakaan
sekolah, tanggung jawab untuk menggunakan perpustakaan sekolah, dan mendorong
peserta didik untuk menggunakan perpustakaan sekolah secara maksimal. Jika guru
dan kepala sekolah tidak melakukannya pada peserta didik, maka dapat dikatakan
kita tidak menghargai nilai sebuah informasi, kebudayaan dan kebijakan. Untuk
hal ini maka perpustakaan sekolah harus didesain sebaik mungkin dan dilengkapi
dengan sumber-sumber bacaan yang lengkap.
Betapa
pentingnya kemampuan membaca, dan membangun budaya baca, bagi peserta didik.
Semakin banyak membaca, maka kita akan bisa mengenggam dunia. Bagi peserta
didik yang malas membaca, biasanya akan mengalami kegagalan dalam studinya.
Membaca adalah kunci dalam meraih sukses.
Membaca
sangat penting untuk semua mata pelajaran. Membaca merupakan dasar dari
pembelajaran. Biasanya anak yang berkemampuan membaca rendah akan mengalami
kesulitan dalam belajar dan meraih prestasi belajar. Oleh sebab itu, sangat
penting guru dan kepala sekolah membangun budaya baca di sekolah dan
masyarakat. Kebiasaan anak untuk membaca akan membuat mereka mencintai membaca.
Dengan mencintai membaca maka keterampilan dan kemampuan membaca peserta didik
akan terus berkembang.
Kegiatan
budaya membaca di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: Pertama: memberikan keteladanan dalam
kegiatan membaca, baik dilakukan guru, kepala sekolah dan staf administrasi.
Keteladanan ini bisa diwujudkan manakala kegiatan awal pembelajaran berlangsung
yaitu 15 menit pertama. Disaat anak anak sedang membaca buku, maka guru juga
memberikan contoh yang baik dengan ikut membaca. Guru diharapkan ikut membaca,
tidak malah jalan-jalan maupun bermain hadphone.
Kedua:
adanya waktu membaca secara rutin dan kontinyu, waktu membaca bisa diatur oleh
satuan pendidikan saat awal pelajaran berlangsung selama 15 menit maupun
hari-hari tertentu yang diatur satuan pendidikan.
Ketiga:
Menjadikan anak-anak cinta terhadap
buku: dengan mencintai buku maka anak-anak akan gemar membaca. Saat ini
anak-anak kita cenderung bermain handphone daripada membaca buku.
Kondisi ini akan melemahkan prestasi siswa dalam mengikuti pembelajaran di
sekolah, untuk itu perlu pembatasan penggunaan handphone di sekolah.
Keempat:
menata lingkungan sekolah dan kelas supaya lebih nyaman dan menyenangkan untuk
membaca: lingkungan sekolah dan kelas yang nyaman akan membuat siswa merasa
betah di sekolah. Lingkungan bisa ditata sebaik mungkin dengan dibuatnya banyak
taman, gazebo, kolam ikan, hutan sekolah. Lingkungan kelas bisa didesain
sedemikian rupa, agar siswa merasa betah untuk belajar dan tidak membosankan.
Kelima:
menata perpustakaan sehingga lebih ramah anak dan nyaman untuk membaca. Perpustakaan
ditempatkan pada tempat yang startegis yang bisa dijangkau semua siswa,
perpustakaan dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk menumbuhkan semangat
membaca para siswa dan mendongkrak kehadiran siswa di perpustakaan sekolah.
Selain itu petugas perpustakaan harus dipilih sumber daya manusia yang mumpuni,
bisa melayani siswa dengan baik, tidak terkesan judes atau galak, dan humanis.
Keenam:
menjamin ketersediaan stok buku maupun jenis bacaan lain di sekolah: stok buku
perlu diperbanyak untuk menjangkau seluruh siswa dalam memanfaatkan perpustakaan
sekolah. Idealnya perbandingan satu siswa satu buku. Selain buku juga disiapkan
jenis bacaan lain yang menarik, seperti majalah dan koran dari berbagai media
massa.
Ketujuh:
adanya program budaya baca dituangkan dalam Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah. Kedelapan: adanya peran serta orang tua
dan masyarakat sebagai bagian dari tri pusat pendidikan. Kesembilan: adanya penghargaan atau hadiah kepada siswa yang rajin
membaca dan/atau rajin mengunjungi perpustakaan sekolah. Penghargaan ini untuk
memberikan stimulus bagi siswa agar membiasakan diri untuk membaca di
perpustakaan.
(2) Menggalakkan budaya
menulis di sekolah, menulis adalah sesuatu yang sangat
mudah, tapi tidak semua orang mau untuk menuliskan ide/gagasan atau hasil
imajinasinya. Menulis perlu belajar,baik autodidak maupun melalui pelatihan.
Menulis itu sebetulnya sama rasanya dengan birahi, kalau ide/gagasan belum
terangkai kalimat dan tertuang dalam kertas/layar komputer rasanya belum
mencapai orgasme. Tangan terasa gatal digelitik oleh pikiran kita kalau sehari
belum menulis. Semakin banyak yang dilihat dan didengar tentunya juga semakin
kaya akan ide tulisan. Semakin banyak buku yang dibaca juga akan berkontribusi
pada kualitas hasil tulisan kita.
Budaya
menulis di sekolah bisa diawali dari guru dan kepala sekolah. Sebagai guru,
menulis harusnya sudah menjadi kebiasaan, karena dunianya berhubungan dengan
banyak buku. Sehingga dengan rajin menulis guru tidak perlu pesan bahan ajar
pada penerbit untuk pembelajaran, karena mampu membuat sendiri sesuai dengan
mata pelajaran masing-masing. Kenyataan di lapangan banyak guru tidak mau
menulis sendiri bahan ajar yang akan disampaikan di depan peserta didik. Guru
lebih konsumtif daripada produktif, sehingga hasil belajar siswa kadang tidak
sesuai dengan harapan.
Guru
menulis sudah selayaknya digalakkan, untuk menjaga profesionalitas seorang
guru. Guru menulis harusnya menjadi budaya dimanapun guru itu berada. Gerakan
literasi sekolah tanpa adanya contoh yang baik dari guru-guru kita, maka hasil
tidak optimal. Peserta didik memerlukan figur guru yang rajin membaca dan
menulis untuk menunjang gerakan literasi sekolah, bukan hanya rajin memberi
perintah.
Kebiasaan
menulis akan membuahkan hasil yang menjanjikan, baik segi financial maupun
mewariskan ilmu pada orang lain. Menulis juga mengandung “zat adiktif”, karena
bikin ketagihan bagi yang melakukanya. Kegiatan menulis yang dilakukan guru dan
peserta didik akan mampu mengasah pikiran dan menambah pengetahuan. Sehingga
mereka akan cerdas menyikapi informasi-informasi yang diterimanya.
Pengalaman penulis ketika
mendapatkan berita hoax seperti,
beredarnya video penganiayaan seorang guru kepada muridnya. Video ini viral di
media sosial, diposting pertama kali oleh akun FB atas nama @itam.fery. Video
tesebut dilakukan oleh oknum tertentu untuk melalukan provokasi di
pangkalpinang tepatnya SMP 10 Pangkalpinang. Padahal kejadian tersebut tidak
ada hubunganya dengan kejadian di SMP 10 pangkalpinang.
Berkaitan
dengan hal tersebut, Kepala SMP Negeri 10 Pangkal Pinang Kepulauan Bangka
Belitung mengeluarkan surat bantahan terkait video pemukulan siswa yang sempat
viral. Dalam surat bernomor 421.3/152/SMP 10/XI/2017 tertanggal 6 November
2017, pihak sekolah membantah tudingan tersebut dan pihak sekolah siap
dilakukan pengecekan atas kebenaran video tersebut.
Menyaksikan
video yang viral di medsos tersebut, membuat masyarakat kembali mengecam guru
atas kekerasan yang dilakukan. Padahal pelakukanya belum tentu guru, bisa juga
orang tua wali murid atau masyarakat lain. Video ini perlu dikaji keaslianya
dan kebenaranya untuk menghindari fitnah dan kecaman terhadap guru.
Melihat
video tersebut, penulis mengamati dulu dengan cermat dan teliti, tidak mudah
membagikan berita hoax tersebut
kepada teman lain. Berita hoax
tersebut langsung dihapus dari ponsel penulis, untuk menghindari fitnah maupun
hal yang tidak diinginkan. Hali ini penulis
lakukan karena penulis memiliki budaya membaca dan menulis yang
dilakukan tiap hari, sehingga penulis tidak mudah terhasut oleh informasi yang
tidak benar. Dengan budaya membaca dan menulis diharapkan kita bisa memilah dan
memilih mana informasi yang benar dan mana informasi yang hoax.
Kegiatan
leterasi sekolah dengan pembiasaan budaya membaca dan menulis juga akan mampu
menanggulangi hoax . Para guru dan peserta
didik juga akan mampu membedakan berita atau informasi yang benar maupun berita
hoax. Dengan banyak membaca dan
menulis kita tidak akan mudah terhasut oleh berita-berita hoax yang menyesatkan itu.
Nah
dengan langkah-langkah tersebut, maka kita semua diharapkan bisa mencegah atau
menangkal berita hoax yang sedang
marak berkembang di masyarakat saat ini. Selamatkan bangsa dan Negara, generasi
muda, dan masyarakat dari ancaman perpecahan dan perselisihan dengan mengadakan
gerakan anti hoax.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar